Santri Sejati

Aku Seorang Diri, yang Tak Kenal Seorangpun

Malam larut oleh subuh, senja tiba tertutup kabut merah, lalu cahaya sang malam datang tuk menyambut datangnya esok pagi hari. Begitu lanjut, hari demi hari kulewati bersama para jamaah tarawih tuk bersujud kepada sang kholiq setiap malamnya, untuk mengucapkan syukur atas limpahan nikmat-Nya dibulan Ramadhan nan suci ini.

Ya allah…

Berikanlah aku sohib yang selalu menyertai “dimana aku”,

Ketika aku sahur,

Ketika aku jamaah,

Ketika aku berangkat sekolah,

Ketika aku berjalan menuju masjid,

Ketika aku buka,

Ketika aku meninabobokan diriku sendiri,

Hingga aku terlelap tidur,

 

Ya allah…

Ya rabbi…Al-alim… As-sami’

Jika Kau memang tahu,

Jika kau memang kerungu do’a hambamu ini,

Hamba pinta utuskan malaikat-malaikat dari langit tuk turun kebumi,

Untuk menemani ku,

Tuk memberi tuntunan jalan yang lurus kepada hamba,

Agar nanti,

Ketika aku pulang kerumah,

Aku bisa, aku bisa, aku bisa,

Membahagiakan kedua orang tuaku,

Agar aku menjadi anak yang shaleh,

Berguna bagi nusa dan bangsa,

 

Ya allah,

Berikanlah hambamu ini kekuatan,

Agar dapat bertahan hidup dibumi ini,

Bersama makhluq-makhluq cantik (Al-Wadud),

Yang kau ciptakan sedemikian rupa,

Agar kami dapat bersujud kepadamu,

Siang, dan malamnya.

 

4 thoughts on “Aku Seorang Diri, yang Tak Kenal Seorangpun

    1. ya mbak mau belajar ngeruk sumur… biar malhikdua punya sumur, ntar kalo ada yang ultah nggak usah diceburin ke balong lagi, tapi langsung yang so surprise, yakni ke sumur. ckckck

Comments are closed.