Kata Kehidupan, Hati Mutiara Santri

Ces-cesan Itu Hilang!, Bikin Hati tak Sabar!

lanjutan kisah itu!

Esok harinya.

Aku cari ces-cesan pen cem kamera berbentuk bulpen three fungsi. “huh…huh…! Mana ya!”, aku cari hingga sudut lemariku, kuraba-raba semua sudutnya, hinga yang kutemukan malah seekor binatang tinggi. “dimana ya!”, guman ku.

“oh ya!a benar kemarin ada penggledahan lemari!”, satu kunci permasalahan tertemukan. Bagaimana nasib selanjutnya akankah ditemukan atau tidak ces-cesan itu?.

Lantas langkah apa lagi, strategi apa lagi yang harus aku lakukan, sehingga aku dapat temukan barang yang kucari-cari. Sambil ku cari strateginya, penat hati ini, selalu-selau muncul pertanyaan “hanya setali cas-casan dan kepalanya kok dirampas!”, “kok dirampas?”, lagi-lagi. “apa yang slah? Apa coba?”. Berkali-kali aku mencoat seperti itu, mungkin anak sekamar sampai bosan mendengarkanya.

Biarkanlah!

Setelah aku capek coat sana-sini, sampai-sampai GeJe gak jelas. Akhirnya aku tekatkan untuk melakukan strategi yang baru aku temukan, serta nama aku temukan ketiga nama santri tersebut.

Aku menghampiri ke kamar tiga santri kelas 3 MAK tersebut, mungkin sambil bawa mimik pelang-peleng, hati ini membiarkanya, karena masih emosi rasanya. Berat-berat jika aku langusng mengikhlasan kalau tidak ada keterangan lain, lha wong Cuma ces-cesan lho ya?.

Apalagi mengingat bagaimana aku meminta izin kesana-kemari demi mendapatkansuratizin dari pondok, bagaimana lelahnya diri ini menunggu bus datang untuk sampai ke pasific mall, bagaimana sabarnya ketika berada didalam bus, dan bagaimana-bagaimana yang lainya.

Tekad ku dalam prioritas tinggi waktu itu. Sehingga aku berani kunjung ke kamar sebelah yang dikenal kamarnya para dedengkot.

“assalamualaikum…”,

“awaalaikumsalam”, orang alim yang menjawabnya.

Langsung saja aku tanyakan kepadanya “akhi, ada akhi hasani, akhi arif, dan akhi karawang didalam?”,

Naasnya semuanya tidak ada didalam kamar ketika aku menghampirinya.

Kunjungan kedua kalinya, tidak kudapatkan juga, masih sabar…

Aku berfikir ketika aku berjalan setelah pulang pengajian abah Mukhlas.

Its.. merundukan kepala aku dari rantinbg pohon sawo, itu kayaknya akhi Karawang, wuih ini kesempatan emas untuk di introgasi, didalam benak ini mencoat sekeras-kerasnya. Ayo berani-berani.

Langkah ku semakin dekat denganya.

Cek..

Hm…

“Khi, akhi yang kemarin ngontrok kamar EDS ya?”

“ya. Yang kamar belakang”

”ya, intinya akhi nemu ces-cesan, bentuknya kabel berwarna putih serta jeknya, ngak?”,

“oh.. saya tidak menemukan apa-apa”, singkat jawabnya.

“lha temen-temen akhi yang lainya?”,

“aku nggak tahu! Aku nggak nemuin barang elektronik apapun”,

Jegrek! Lha wong kok ya aneh… kaya nggak punya salah!

“oh… ya sudah, ntar tanyain yang lainya, soalnya itu ces-cesan kamera Khi!”, aku usaikan pembicaraan.

Menigggalkan tempat.

Kunjungan yang terakhir ke kamar MAK kelas 3.

“ada akhi hasannya khi?”,

“o.. dia di Al Hasan!”,

“akhi Arif sih”,

“oh.. nggak ada”, jawabnya.

Wuih muak-muak bathin ini…

Lha mbok sekali-kali kalo mau ngrampas minta keterangan dulu kepada yang punya.

Strategi yang selanjutnya… ku dapatkan!

Aku tulis pengumuman dan aku tempel didepan kamar EDS, dataran yang dapat disorot dari sudut manapun.

 

Pengumuman!

Bagi seluruh santri yang menemukan ces-cesan

kabel putih beserta jeknya

untuk segera dikembalikan karena penting

kalo mau tahu itu ces-cesan recorder!

Fajrul Falah

 

Dua hari pengumuman tertempel.

Ternyata, dan alhamdulillahnya ces-cesan dapat kembali, tapi hal yang harus di introgasi.

Ces-cesan itu yang menemukan pertama adalah Sufyan teman kerabat kerja, ia temukan diatas lemari Azmi lemari sebelah kiriku pas.  Lalu Sufyan letakan di dalam lemariku.

Aku lihat kembali cas-casan itu pada 27 Maret 2012 pukul 06.00. tanpa kejelasan apapun.