Ada Surya di Malhikdua

Ourch! GeJe, Galau, Gelap, Bisa Pancing Kejujuran Ku

Kegalauan, keGeJean, ketidak jelasan, ataupun istilah lainya yang mengandung unsur kagak jelas bisa dimasukan pada kata yang diatas.

Begitulah, apa yang sedang aku rasakan, dunia ini semakin sempit nampaknya, kegelapan ini semakin menghitam jelasnya, bahkan tidak akan ada lagi satu celah saja yang dapat memberi sinar ke diri ini, lantas apa yang harus aku gerakan?, what should I do?.

Tenang saja, semuanya dapat dinobatkan oleh senyumnya, kerukunanya, dan kebersamaanya ketika mereka mendalami dunia jurnalistik, itu saja yang dapat menobatkan semua taqdir ini, dan bila ada berjuta-juta tangkai mawarpun, yang datang di kegelapan pada masa ini akan aku tolak semuanya.

Hanya mereka-mereka saja, mereka yang sudah aku anggap seperti adik-adik ku sendiri, dan adik-adik ku yang dirumah jangan cemburu ya, itu semua para anak jurnal adalah keluarga mas Nobita yang baru hadir ketika, Mas singgah di sini, di sekolah Cakra tercinta.

Sudah, cukup sudah aku dalam kegelapan ini, aku sudah tidak berdaya. Bahkan anak jurnal pun tidak ada yang bisa menobatkan aku ketika aku dalam kegelapan yang satu ini, karena mereka tidak ditaqdirkan untuk masuk kedalam wilayah itu, wilayah yang ku anggap gelap segelap-gelapnya,

 

Aku…

Kamu…

Kami…

Kita bersama bisa…

 

Aku ingin kita maju,

Karena aku sudah tidak tahan dengan semua ocehan belakang,

Aku ingin maju, semaju-majunya,

Aku ingin menggedor semua hati yang ada pada lingkaran Cakra ini,

Aku ingin menggedor bersama,

Bagaimana kalau naas kita sekarang juga dirasakan oleh adik-adik kita,

 

Setelah kami lulus nanti,

 

Apakah mereka bisa menahan tangsis di setiap harinya,

Hati ini kecewa,

Kecewa melihatmu,

Ketika,

Ketika kamu,

Meninggalkan kami dan menggerjakan yang lainya,

Okelah adil,

Tapi, mengapa Kami yang tak terurusi,

Akhirnya kacau balau!

Itukah yang namanya keadilan?

Memihak pada pihak lain, meninggalkan Kami Terpental?

 

Biarkan hati ini jujur,

 

Bukankah diri ini pelit,

Ego atau yang lain,

Tidak!, terserah jika mau ngomong saya apa?

 

Aku tak peduli,

Yang aku pedulikan sekarang,

Akan kemajuan Kita,

Kasihanlah, yang dari dulu menantinya,

Bahkan yang di jauh sana,

Mau pakai strategi yang bagaimana?

 

Usapkan air yang membasahi pipi,

Santai saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan, karena Diri ini sudah membiarkanya, berserah saja, Kita maju bersama.

Ketika aku berada pada dalam kegelapanya, sungguh pengapnya, tak tertahan. kedua telinga, lubang hidung, mulut termasuki oleh air mendidih, mata ini …. (tak tergambarkan), Bahkan ketika aku melambai-lambaikan tangan ini, seraya bersorak “tolong-tolong!”, tidak ada yang menolongnya.

 

Aku tahu,

Kamu,

Mereka,

Akan menolong ku,

Tetapi mereka hanya bisa menahan tangisnya, di atas pojokansana, berguman masing-masing di hatinya, “kak! Naik ayo cepat naik, sebelum jatu ke laharsana!”

Rasanya, unek-unek akan terobati jika ditulis. Memang!.

Bila ada kata-kata yang nyelekit, mohon dimaafkan, karena tulisan hanya sekedar tulisan, bukan?

11 thoughts on “Ourch! GeJe, Galau, Gelap, Bisa Pancing Kejujuran Ku

Comments are closed.