100 Menuju UN 2013

Muhammad Fajrul Falah, Citono teros Ciptoaken pasti Tercipto

IMG_1526Muhammad Fajrul Falah, adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya, mereka berasal dari dua kota yang berbeda. Ayah Saya asli Pekalongan dan Ibu Saya asli Betawi, Saya sendiri asli kelahiran Pekalongan, dilahirkan pada tanggal 2 September 1995 tepatnya disaat fajar tiba. Saya adalah anak ke-dua dari empat bersaudara. Keluarga Saya berasal dari kaum awam yang polosnya luar biasa, hanya keharmonisan dalam berkeluarga yang dapat Saya anggap sebagai kebahagiaan saat itu.

Tekad Saya hingga ajal menjemputku, Saya ingin menghabiskan hidup saya pada hal pendidikan, karena pendidikan bagi saya adalah hal yang terpenting. Kita bisa berfikir, Kita bisa memakai pakaian, Kita bisa mengolah kata, semuanya tidak lain karena pendidikan. Saya sangat berterima kasih kepada mereka, pahlawan tanpa balas jasa.

Orang pertama yang mendidik Saya adalah Ibu dan Ayah, mereka yang mengajarkan Saya berdiri, berjalan hingga dapat berlari, mereka yang menuntun Saya makan dengan tangan kanan dan mereka adalah orang pernah Saya kenal yang mempunyai kesetiaan dalam kasih Sayang super dahsyat.

Selama Sembilan tahun Saya dididik jauh dari didikan mereka (karena ada faktor lain), saat itu Saya dididik oleh bibik dan nenek dari bapak di kampung Banyu Urip Alit kota Pekalongan, suasananya tidak begitu jumud dan tidak begitu norak, suasananya asri dengan kedamaian warga sekitar.

Kenaikan kelas 5 Saya disunat dan saat itu pula Saya kembali hidup bersama orang tua, setelah Saya disunat, banyak yang berubah pada diriku. Dahulu, Saya dikenal anak mamih, yang punya jadwal tidur siang, makan disuapin, dan tidak boleh keluar sendirian. Akan tetapi, karena sebab itu, sekarang Saya mengetahui arti semua kelakuan yang diberi kepada Saya itu. Hidup memang penuh teka-teki yang sulit untuk diartikan dalam satu waktu.

Setelah lulus kelas 6 dari MIS Hidayatul Athfal 01, Saya dibujuk untuk tinggal di pondok pesantren. Saat itu pikiranku dipenuhi dengan rayuan-rayuan enaknya nyantri. Mulai dari, keluarga, saudara, ustadz ngaji, hingga pedagang martabak didepan rumahpun ikut menyarankan kepada Saya untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren. Dan pada akhirnya Saya menempat di Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda.

Rasa yang pertama kali ada saat menempat di Pondok Pesantren Al Hikmah 2, Rindu. Rindu pada halaman rumah, rindu pada keluarga, rindu pada rumah dan seisinya. Akantetapi Saya berusaha untuk menerjang semua kerinduan-kerinduan itu, dengan tekat agar menjadi orang yang berhasil dikemudian hari. Saya  pernah bersekolah di SMP Al Hikmah 2 satu tahun, Setelah itu, kelas dua SMP Saya pindah di MTS Al Hikmah 2.

Guru-guru Saya sangat hebat, mereka berhasil memberikan masing-masing kado yang tak ternilai harganya. Dari TK Saya masih ingat dengan penampilan bersama kawan-kawan bersama bimbingan banyak guru diatas panggung pelepasan , dari MI Saya masih terkesan dengan guru-guru yang membuat Saya bangga padanya dan mengenalkan kepada ku banyak tentang hal kepramukaan, dari MTS Saya masih ingat sosok Ayah Ibu guru yang membuat Saya bangga pada para jasa pahlawan, dan dari Ayah guru MAU membuat Saya bangga menjadi bangsa Indonesia dan seisinya. Dilain itu, masih banyak kado lagi yang belum Saya lihat isinya tetapi sangat Saya harapkan Keridoan mereka akan menjadi seluruh isi kado tersebut.

Al Hamdulillah, Saya termasuk manusia yang sangat beruntung karena Saya di Al Hikmah 2 mendapatkan hal-hal yang baru, yang tidak bisa Saya temukan di tempat lain. Dimulai, menjadi santri yang cengeng, bergaul dengan teman yang badeg, jadi santri pengangguran, hingga Saya menjadi santri yang sok sibuk, mejadi wartawan cilik di MA Al Hikmah 2, diangkat jadi Pemimpin Redaksi Eks. 2011 di website www.malhikdua.sch.id, dan redaktur pelaksana El Waha majalah pondok. Kenyataan yang membuat Saya terpingkal-pingkal saat hukum karma membuka kacamatanya, dahulu Saya menjadi santri yang badeg dan sekarang semuanya berbalik kepada Saya yang menangani para santri yang semakin badeg pula prilakunya. Tapi jangan salah, semua itu pasti ada hikmahnya.

Saya termasuk orang yang gagap prestasi, bila ada yang menanyakan mengenai prestasi Saya, sekali lagi Saya adalah orang yang buta prestasi.  Karena dalam kasat mata Saya, prestasi bukanlah bukti yang nyata dari keberhasilan seseorang. Karena disana masih banyak orang  yang sedang berusaha untuk berhasil, dan bisa jadi usahanya lebih besar dari orang yang sudah menumpuk prestasi.

Yang dapat memotifasi Saya; Saya berasal dari Ibu yang tidak lulus SD dan Ayahku si penjual minyak tanah di pasar. Dari itu, bathin Saya merasa tertekan berat dan akhirnya memuncratkan sari-sari motifasi, saat itu Saya menciptakan tekat yang kuat agar Saya menjadi manusia yang berhasil membahagiakan semua golongan dengan cara yang baik. Lidah Ayah Saya pernah bercerita kepada Saya mengenai arti keikhlasan, kesungguhan hidup, bagaimana cara menyelesaikan masalah, hingga secuil tips memilih dan mendidik istri, masih banyak lain.

Cita saya ingin menjadi ahli teknik informatika, agar saya dapat memberantas mereka yang ahli melakukan tindakan kriminalitas yang dikenal sebagai penyakit di Indonesia. Cita saya untuk Indonesia dan kejayaan umat islam di dunia. Ayo, sekarang berbuat lebih baik untuk Indonesia!. Salam perjuangan, satu kemenangan.

 

Fajrul bersama Adik (Arina I. Z)
Rupa tempo dulu; Fajrul bersama Adik (Arina I. Z)

2 thoughts on “Muhammad Fajrul Falah, Citono teros Ciptoaken pasti Tercipto

Comments are closed.