Kata Kehidupan, Hati Mutiara Santri

Putri Setya Untuk Sang Pangeran Bersarung

Seorang putri yang selalu mengharapkan keagungan pangeran cintanya, hingga berbulan-bulan sang putri tak pernah tertidur lelap, karena sangat heran apa yang akan ditulis oleh pangeran didalam surat balasan untuknya, karena sudah 2 bulan sang pangeran belum jua membalas surat darinya.

Setelah putri menabrakkan kata-kata indah didalam kertas emas yang bertuliskan yang haram bagi pangeran selayaknya “I LOVE YOU, I NEED YOU dan I MIS YOU!”, memang pangeran tersebut mempunyai type yang sangat-sangat SEJUTA (setia, jujur, dan taqwa), karena masih menetap di pondok pesantren tepatnya di yayasan Al Hikmah 2 Benda.

Pangeran dipondok dikenal sangat rajin, tekun, ulet, juga taqwa terhadap peraturan.

2 tahun kemudian,

Walaupun sang putri menunggu lama balasan dari pangeran yang dicintanya, sang putri tetap setia menunggu, dan menunggu untuk pangeran.sungguh putri yang setia.

Kesetiaanya meredakan problem 1001 masalah didunia, juga terngiang seuntuk lagu untuknya:

menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku…

Saat ku harus bersabar dan terus bersabar, menantikan kejadiran dirimu, entah sampai kapan aku harus menunggu, sesuatu yang sangat sulit tuk ku jalani, hidup dalam kesendirian sepi tanpa mu.

Gelisah sesaat saja tiada kabarmu ku curiga, entah penantianku takkan sia-sia menantikan satu jawaban pasti, entah sampai kapan aku harus bertahan, saat kau jauh disana rasa cemburu, merasuk kedalam pikiranku ku melayang tak tentu arah tentang dirimu, apakah sama yang kau rasakan…

Walau raga kita terpisah jauh, namun hati kita kan selalu dekat… percayakan kesetyaan ini, pada ketulusan aishiteru…

tereeeng, tereeeng, ngek… ngek,

Hingga waktu yang dinanti-nantikan oleh putri setyapun datang, dipagi hari sepucuk surat akhirnya datang untuknya, ia menerima surat beramplop warna yang melambangkan suci tersebut dari bibiknya, ketika ia hendak sarapan pagi sendiri di meja yang telah dipenuhi oleh macam-macam makanan dan minuman.

“Ini ndug, surat dari post kilat datang untuk ndug”, tutur bibik seraya menundukan ke wajah putri setya tersebut yang sedang duduk manis,

lalu sang putri heran dan mengambil segelas susu, lalu ia mimik susu glek… glek… glek… ,

“oh… terima kasih, bik”, jawabnya.

Bibik kembali ke dapur.

lalu putri membuka surat tersebut, sreeeeet…

sang putri membacanya...

surat yang dinanti,

dari : Surat yang dinanti,

Waktu yang selalu datang tanpa seizin isi hati ini,

Datang… tak ku duga waktu sudah berada didepan mata ketika aku ingin pergi jauh dari mu, waktu mengisyaratkan begitu pedih untuk aku untuk meninggalkan mu…

Demi masa, namun aku yakin, alam tak akan mengizinkan kita untuk berpisah selamanya, bagaimana jika kita tidak dapat dipertemukan kembali, jika kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama,

Apa kata si alam?.

Pepohonan melambai-lambaikan daun serta rantingnya sekayaknya mereka sangat ingin mendemo  “Tidak!, Tidak! Tetap akan adil, tuntaskan koruptor cinta, musnahkan pemabok yang lalai dari tidurnya!”, bukit yang menjulang tinggi yang selalu inginya mengamuk mengudarakan pasir dipadang pasir sehingga semuanya tertutupi pasir seakan-akan buta akan cinta yang buta jadinya, burung-burung diawan datang pergi berbondong-bondong secara bergelombolan menandakan bahwa masih ada harapan derap tasbih didalam dada kekayaan cinta.

Aku tidak ingin mencintaimu… karena itu bagiku sakit… aku hanya ingin menitipkan kasih sayang yang selama ini aku simpan agar kutitipkan saja kepada allah SWT. Agar kelak dipertemukan nanti, dipelaminan untuk selamanya, sesampai lidah ini mengucap “qobiltu”, didepan ayahanda putri.

Cinta ini tidak butuh harta kekayaan,

Cinta hanya butuh kepercayaan,

Akan iman yang kuat,

Agar saling menyayangi putri lahir batin,

            Maafkan putri,

            Abang masing ingin belajar dipondok pesantren,

            Karena disini tempat menggaruk ilmu setaqwa-taqwanya,

            Nanti, agar bisa menghidupkan ukhwah bersama eneng,

            Agar menjadi mantu yang tadzim,

surat yang dinanti,

hati sang putri tetap setya, menunggu…